1# Terjemah Qut al-Habib al-Gharib - Tausyih ‘ala Fath al-Qarib al-Mujib Karya Imam Nawawi al-Bantani قوت الحبيب الغريب توشيح على فتح القريب المجيب شرح غاية التقريب لمحمد نووي بن عمر الجاوي البنتني
Fath al-Qarib al-Mujib:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang.
قَالَ الشَّيْخُ الإِمَامُ العَالِمُ
العَلَّامَةُ شَمْسُ الدِّينِ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدُ بْنُ قَاسِمٍ
الشَّافِعِيُّ تَغَمَّدَهُ اللَّهُ بِرَحْمَتِهِ وَرِضْوَانِهِ آمِيْن.
Telah berkata Syaikh, Imam, yang 'Alim, lagi 'Allamah
(sangat mengetahui), Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Qasim al-Syafi'i,
semoga Allah meliputi beliau dengan rahmat dan ridha-Nya, Amin.
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ تَبَرُّكًا بِفَاتِحَةِ
الْكِتَابِ لِأَنَّهَا ابْتِدَاءُ كُلِّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ، وَخَاتَمَةُ كُلِّ
دُعَاءٍ مُجَابٍ، وَآخِرُ دَعْوَى الْمُؤْمِنِيْنَ فِي الْجَنَّةِ دَارِ
الثَّوَابِ،
Segala puji hanya bagi Allah, dengan ber-tabarruk
(mengambil keberkahan) dengan pembukaan Al-Kitab –Al-Qur’an- (Al-Fatihah),
karena ia adalah permulaan setiap perkara yang penting, dan penutup setiap doa
yang dikabulkan, serta doa terakhir orang-orang beriman di surga, tempat
balasan.
أَحْمَدُهُ أَنْ وَفَّقَ مَنْ أَرَادَ
مِنْ عِبَادِهِ لِلتَّفَقُّهِ فِي الدِّينِ عَلَى وَفْقِ مُرَادِهِ، وَأُصَلِّيْ
وَأُسَلِّمُ عَلَى أَفْضَلِ خَلْقِهِ مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ،
الْقَائِلِ :مَنْ يُرِدِ
اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ مُدَّةَ
ذِكْرِ الذَّاكِرِيْنَ وَسَهْوِ الْغَافِلِيْنَ.
Aku memuji-Nya karena telah memberikan taufik (petunjuk) kepada
siapa saja dari hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya untuk mendalami agama
sesuai dengan kehendak-Nya. Dan aku bershalawat (berharap tambahan kasih sayang
penghormatan) serta salam tercurahkan kepada sebaik-baik ciptaan-Nya, yaitu
Nabi Muhammad SAW, pemimpin para rasul, yang telah bersabda: “Barangsiapa yang
Allah kehendaki kebaikan baginya, niscaya Allah akan memahamkannya dalam perkara
agama”. Dan (shalawat serta salam) –semoga tercurahkan juga- kepada keluarga
dan sahabat beliau selama masih ada yang berdzikir –dzikirnya orang yang
dzikir- dan lalai –lalainya orang yang lalai-.
Qut al-Habib al-Gharib - Tausyih ‘Ala Fath al-Qarib al-Mujib:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang.
الْحَمْدُ لِلَّهِ بِجَمِيْعِ مَحَامِدِهِ
كُلِّهَا مَا عَلِمْتُ مِنْهَا وَمَا لَمْ أَعْلَمْ، عَدَدَ خَلْقِهِ
كُلِّهِمْ مَا عَلِمْتُ مِنْهُمْ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ، نَحْمَدُهُ حَمْدًا
يُوَافِي نِعْمَتَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ وَيُدَافِعُ النِّقَمْ، وَنَشْكُرُهُ
عَلَى مَا فَقَّهَ مَنْ أَرَادَ لَهُ خَيْرًا كَامِلًا فِي الدِّيْنِ الْأَقْوَم،
Segala puji hanya bagi Allah dengan segala macam pujian-Nya,
baik yang aku ketahui maupun yang tidak aku ketahui, sebanyak jumlah seluruh
makhluk-Nya, baik yang aku ketahui maupun yang tidak aku ketahui. Kami
memuji-Nya dengan pujian yang sepadan dengan nikmat-Nya, seimbang dengan
tambahan (nikmat)-Nya, dan dapat menolak bala bencana. Kami bersyukur
kepada-Nya atas ilmu yang dianugerahkan-Nya kepada siapa saja yang
dikehendaki-Nya kebaikan yang sempurna dalam agama yang lurus.
وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا
اللَّهُ الَّذِيْ عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ، وَنَشْهَدُ أَنَّ
سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ خَصَّهُ اللَّهُ تَعَالَى
بِالشَّفَاعَةِ الْعُظْمَى الَّتِيْ عَمَّتْ كُلَّ أُمَمٍ. اللَّهُمَّ صَلِّ
وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الرَّسُوْلِ الْأَعْظَمِ وَعَلَى آلِهِ
فُلْكِ الْأُمَمِ، وَأَصْحَابِهِ مَصَابِيْحِ الظُّلَمِ، وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ
إِلَى يَوْمٍ يُكْشَفُ فِيْهِ كُلُّ وَصَمٍ بِعَدَدِ كُلِّ حَرْفٍ جَرَى بِهِ
الْقَلَمُ.
Kami bersaksi bahwa tiada Tuhan –yang wajib disembah- selain
Allah, yang telah mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. Dan kami
bersaksi bahwa junjungan -penghulu- kami, Nabi Muhammad Saw., adalah hamba dan
utusan-Nya yang Allah khususkan dengan syafaat agung yang meliputi seluruh
umat. Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan salam kepada junjungan –penghulu- kami,
Nabi Muhammad Saw, Rasul yang paling mulia, (dan) kepada keluarganya yang
merupakan bahtera umat manusia, (dan) kepada para sahabatnya yang menjadi
pelita di tengah kegelapan, dan kepada orang-orang yang mengikuti mereka hingga
hari kiamat, (shalawat) sebanyak seluruh huruf yang pernah ditulis oleh pena.
أَمَّا بَعْدُ: فَيَقُوْلُ وَسَخُ
أَقْدَامِ الطَّلَبَةِ، الرَّاجِيْ رَحْمَةَ رَبِّهِ وَدُعَاءَ مَنْ أَحَبَّهُ،
الْحَقِيْرُ "مُحَمَّدُ نَوَوِيُّ بْنُ عُمَرَ" عَفَا اللَّهُ عَنْهُمَا
وَغَفَرَ. هَذَا تَوْشِيْحٌ عَلَى شَرْحِ الْعَلَّامَةِ تِلْمِيْذِ الْمُحَقِّقِ
جَلَالِ الدِّيْنِ مُحَمَّدٍ الْمَحَلِّيِّ أَبِيْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قَاسِمٍ
الْغَزِّيِّ، سَمَّيْتُهُ:
"قُوْتُ الْحَبِيْبِ
الْغَرِيْبِ". وَاللَّهَ أَسْأَلُ أَنْ يَنْفَعَ بِهِ وَهُوَ حَسْبِيْ
وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ.
Adapun setelah itu (bismillah, Alhamdulillah dan shalawat), wasakh
aqdam al-thalabah (kotoran kaki para santri)[1]
-penulis yang hina ini-, yang mengharapkan rahmat Tuhannya dan doa dari
orang-orang yang mencintainya, al-Faqir (yang fakir), yaitu Muhammad
Nawawi bin Umar, -semoga Allah mengampuni dan merahmati keduanya (beliau dan
Orang Tuanya), berkata: “Ini adalah tausyih -penjelasan ringkas-
terhadap syarah (penjelasan) karya Al-‘Allamah –yang sangat faham agama-
(gelar kehormatan ulama), murid dari Al-Muhaqqiq (gelar kehormatan ulama yang
sangat teliti) Jalaluddin Muhammad Al-Mahalli, yaitu Abu Abdillah bin Qasim
Al-Ghazzi. Saya menamakannya –kitab tausyih ini- : “Qut al-Habib al-Gharib”
(Bekal bagi Kekasih yang Jauh). Aku memohon hanya kepada Allah Swt, agar
memberikan manfaat dengan kitab ini, dan cukuplah Allah sebagai penolongku, dan
Dia-lah sebaik-baik pelindung.
قَالَ الشَّارِحُ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى
(بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ الْحَمْدُ لِلَّهِ) ذَكَرْتُ
الْحَمْدَلَةَ (تَبَرُّكًا بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ) أَيْ بِأَوَّلِ الْقُرْآنِ
كَمَا فِي الْمُخْتَارِ،
Syarih -penulis penjelasan (syarh)- berkata, -semoga
Allah SWT merahmatinya- : (Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, segala puji hanya bagi Allah). Saya menyebutkan hamdalah
(ungkapan pujian kepada Allah) dengan ber-tabarruk (mengambil keberkahan)
dengan Fatihah al-Kitab (pembukaan kitab), yaitu awal Al-Qur’an
sebagaimana penjelasan dalam kitab Al-Mukhtar.
وَالِافْتِتَاحُ أَعَمُّ مِنَ الِابْتِدَاءِ،
إِذْ يُطْلَقُ عَلَى شُرُوعٍ وَعَلَى أَكْثَرَ مِنَ الِابْتِدَاءِ، فَإِنَّ
الْآتِي بِنَحْوِ نِصْفٍ يُقَالُ لَهُ مُفْتَتِحٌ فِيهِ
Kata ‘iftitah’ (pembukaan) lebih umum daripada ‘ibtida’
(permulaan), karena ‘iftitah’ bisa berarti memulai dan bisa juga lebih
dari sekadar ‘ibtida’ –memulai-. Jika seseorang membaca separuh dari
sesuatu, maka ia dikatakan muftatih –orang yang telah memulai (iftitah)-
hal tersebut.
(لِأَنَّهَا) أَيْ تِلْكَ
الْكَلِمَةُ (اِبْتِدَاءُ كُلِّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ) أَيْ حَالٍ يُطْلَبُ وَيُبَاحُ
شَرْعًا، فَإِنَّهُ يُطْلَبُ ابْتِدَاءُ الْكُتُبِ بِهَا فِي التَّصْنِيفِ
وَالتَّدْرِيْسِ وَالْقِرَاءَةِ عِنْدَ الشَّيْخِ.
(Karena surat Al-Fatihah) yaitu kalimat tersebut adalah
(permulaan setiap perkara yang penting) yaitu setiap kondisi yang dicari dan
dibolehkan secara syariat. Memulai penulisan kitab, pengajaran, dan mengaji (bertalaqqi)
kepada guru dianjurkan dengan (membaca surat Al-Fatihah).
(وَخَاتَمَةُ كُلِّ دُعَاءٍ
مُجَابٍ) أَيْ تُرْجَى إِجَابَتُهُ، أَيْ فَإِنَّهُ يُطْلَبُ خَتْمُ الدُّعَاءِ
بِهَا كَمَا يُطْلَبُ بَدْؤُهُ بِهَا. وَالْإِجَابَةُ قَدْ تَكُوْنُ بِعَيْنِ
الْمَطْلُوْبِ، أَوْ بِدَفْعِ ضَرَرٍ أَوْ بِثَوَابٍ فِي الْآخِرَةِ، كَمَا
قِيْلَ: إِنَّهُ يَأْتِي الشَّخْصُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَيُعْطِيْهِ اللهُ
تَعَالَى ثَوَابًا عَظِيْمًا فَيَتَعَجَّبُ وَيَقُوْلُ: يَا رَبِّ بِمَاذَا؟
فَيَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى أَلَمْ تَسْأَلْنِيْ كَذَا وَكَذَا فِيْ وَقْتِ كَذَا
وَكَذَا فَيَتَمَنَّى أَنَّهُ لَمْ يَكُنْ أُجيب بِدَعْوَةٍ قَطُّ فِيْ دَارِ
الدُّنْيَا
(Dan penutup setiap doa yang dikabulkan) yaitu diharapkan terkabulnya
doa tersebut. Sesungguhnya dianjurkan mengakhiri doa dengan (membaca surat
Al-Fatihah) sebagaimana dianjurkan untuk memulainya. Pengabulan doa bisa berupa
pemberian hal yang diminta, atau dihilangkannya bahaya, atau berupa pahala –kompensasi-
di akhirat. Sebagaimana dikatakan: ‘Seseorang akan datang pada hari kiamat,
lalu Allah memberinya pahala yang besar. Ia pun heran dan bertanya: “Wahai
Tuhanku, dengan sebab apa (aku mendapatkan pahala ini)?” Maka Allah
menjawab: “Bukankah engkau meminta ini dan itu pada waktu ini dan itu?”
Maka ia berharap agar doa-doanya tidak pernah dikabulkan sama sekali di dunia –agar
doanya diganti pahala di akhirat-.
(وَ) لِأَنَّ كَلِمَةَ
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (آخِرُ دَعْوَى الْمُؤْمِنِيْنَ فِي
الْجَنَّةِ دَارِ الثَّوَابِ) فَإِنَّهُمْ يَشْتَغِلُوْنَ فِي الْجَنَّةِ بِالتَّسْبِيْحِ
وَالتَّقْدِيْسِ للهِ تَعَالَى، وَيَخْتِمُوْنَ ذَلِكَ بِالتَّحْمِيْدِ
وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ تَعَالَى بِمَا هُوَ أَهْلُهُ، وَفِيْ هَذَا الذِّكْرِ
سُرُوْرُهُمْ وَكَمَالُ لَذَّاتِهِمْ
(Dan) karena kalimat “Alhamdulillah rabbil 'alamin" adalah
(doa terakhir orang-orang beriman di surga, tempat balasan pahala).
Sesungguhnya mereka di surga disibukkan dengan bertasbih dan mengagungkan
Allah, serta mengakhiri kegiatan tersebut dengan memuji dan menyanjung Allah
dengan pujian yang layak bagi-Nya. Dalam dzikir ini terdapat kebahagiaan dan
kesempurnaan kenikmatan mereka.
(أَحْمَدُهُ) لِأَجْلِ (أَنْ
وَفَّقَ مَنْ أَرَادَ) أَيْ صَرَفَ اللهُ هَمَّهُ مَنْ أَرَادَ (مِنْ عِبَادِهِ
لِلتَّفَقُّهِ) أَيِ التَّفَهُّمِ (فِي الدِّينِ) أَيْ أُصُوْلِهِ وَفُرُوْعِهِ (عَلَى
وَفْقِ مُرَادِهِ) تَعَالَى.
(Aku memuji-Nya) karena (Allah telah memberikan taufik –petunjuk-
kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya) yaitu Allah mengarahkan perhatian siapa
saja yang dikehendaki-Nya (dari hamba-hamba-Nya untuk mendalami) yaitu memahami
(agama) yaitu pokok-pokok dan cabang-cabangnya (sesuai dengan kehendak-Nya) SWT.
وَالدِّيْنُ لُغَةً: الْعَادَةُ وَالشَّأْنُ،
وَشَرْعًا: الْأَحْكَامُ الَّتِيْ شَرَعَهَا اللهُ تَعَالَى لِعِبَادِهِ،
فَإِنَّهُمْ أَطَاعُوْا لَهَا وَامْتَثَلُوْهَا.
Secara bahasa, الدِّينُ (al-din) berarti kebiasaan dan kondisi.
Sedangkan secara syariat, الدِّينُ(al-din)
berarti hukum-hukum yang ditetapkan oleh Allah Swt. untuk hamba-hamba-Nya,
karena mereka menaati dan mematuhinya.
(وَأُصَلِّيْ
وَأُسَلِّمُ) أُوقِعُ الصَّلَاةَ وَالسَّلَامَ (عَلَى أَفْضَلِ خَلْقِهِ مُحَمَّدٍ
سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ) وَاخْتَارَ الْمُؤَلِّفُ هَذَا الِاسْمَ لِوُجُوْه.ٍ
مِنْهَا: أَنَّهُ الْمُخْتَصُّ بِكَلِمَةِ التَّوْحِيْدِ، وَوُحِّدَ فِيْهِ
خَوَاصُّ مِنْهَا، قِيْلَ: إِنَّ عَدَدَ الرُّسُلِ ثَلَاثُمِائَةٍ وَخَمْسَةَ
عَشَرَ، وَهِيَ عَدَدُ اسْمِ مُحَمَّدٍ مَبْسُوْطًا بِأَنْ تُعَدَّ الْمِيْمُ
بِتِسْعِيْنَ لِاشْتِمَالِهَا عَلَى مِيْمَيْنِ وَيَاءٍ عِنْدَ النُّطْقِ،
هَكَذَا: مِيْمْ، وَتُكَرَّرُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، وَتُعَدَّ الْحَاءُ بِعَشَرَةَ
لِاشْتِمَالِهَا عَلَى الْأَلِفِ وَالْهَمْزَةِ، وَقِيْلَ: وَأَرْبَعَةَ عَشَرَ
فَيَكُوْنُ الْوَاحِدُ الْبَاقِيْ هُوَ مَقَامُ الْوِلَايَةِ، فَهُوَ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَامِعٌ لِمَقَامِ النُّبُوَّةِ وَالْوِلَايَةِ إِذْ هُوَ
أَصْلُهُمْ.
(Aku
bershalawat dan meminta keselamatan) -Semoga shalawat dan salam tercurah- (kepada
sebaik-baik ciptaan-Nya, Nabi Muhammad, pemimpin para Rasul). Penulis memilih
nama ini karena beberapa alasan, di antaranya: bahwa beliau (Nabi Muhammad) adalah
yang memiliki hak istimewa dengan kalimat tauhid, dan beliau (Nabi Muhammad) diistimewakan
dengan berbagai keistimewaan. Dikatakan: bahwa jumlah para Rasul adalah 315 (tiga
ratus lima belas), dan itulah jumlah huruf pada nama مُحَمَّد –Muhammad- yang dihitung dengan cara menghitung huruf م –mim- sebagai 90 (sembilan puluh)[2]
karena mengandung 2 (dua) م –mim-
dan satuي
-ya’-
saat diucapkan, seperti ini: مِيْمْ,
dan diulang tiga kali, dan huruf ح –ha- dihitung sebagai 10 (sepuluh)
karena mengandung أ-alif-
dan ء –hamzah-,
dan dikatakan: dan 14 (empat belas) –maksudnya 314-, sehingga satu yang tersisa
adalah kedudukan kewalian. Maka beliau, semoga shalawat dan salam Allah
tercurah kepadanya, menggabungkan kedudukan kenabian dan kewalian, karena
beliau adalah asal dari seluruhnya.
وَرُوِيَ عَنْ كَعْبٍ أَنَّ اسْمَ مُحَمَّدٍ
مَكْتُوْبٌ عَلَى سَاقِ الْعَرْشِ، وَفِيْ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ، وَفِيْ
قُصُوْرِ الْجَنَّةِ وَغُرَفِهَا، وَعَلَى نُحُوْرِ الْحُوْرِ الْعِيْنِ، وَقَصَبِ
آجَامِ الْجَنَّةِ، وَوَرَقِ طُوْبَى، وَسِدْرَةِ الْمُنْتَهَى، وَعَلَى أَطْرَافِ
الْحُجُبِ، وَبَيْنَ أَعْيُنِ الْمَلَائِكَةِ. ثُمَّ وَصَفَ الْمُؤَلِّفُ هَذَا
الِاسْمَ بِقَوْلِهِ: (الْقَائِلِ: مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ
فِي الدِّيْنِ) وَفِيْ هَذَا الْحَدِيْثِ بِشَارَةٌ لِلْمُشْتَغِلِ بِالْفِقْهِ
مِنْ حَيْثُ إِنَّ فِيْهِ إِعْلَامًا بِمَوْتِهِ عَلَى دِيْنِ الْإِسْلَامِ.
Diriwayatkan dari Ka'ab bahwa nama
Muhammad tertulis di kaki Arsy, di tujuh langit, di istana-istana surga dan
kamar-kamarnya, di leher bidadari, di ranting-ranting pohon surga, di daun-daun
pohon Tuba, di Sidratul Muntaha, di ujung-ujung tabir, dan di antara mata para
malaikat. Kemudian penulis menjelaskan nama ini (nabi Muhammad) dengan
perkataannya: “(yang mengatakan: Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan
baginya, niscaya Allah akan memahamkannya dalam agama)”. Dalam hadits ini
terdapat kabar gembira bagi orang yang menekuni ilmu fikih, karena di dalamnya
terdapat pemberitahuan bahwa ia akan meninggal dalam agama Islam.
(وَعَلَى آلِهِ) قِيْلَ هُمْ جَمِيْعُ
أُمَّةِ الْإِجَابَةِ، وَقِيْلَ: مَنْ يَنْتَسِبُوْنَ إِلَيْهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهُمْ أَوْلَادُ فَاطِمَةَ وَنَسْلُهُمْ. (وَصَحْبِهِ) أَيِ
الْمُهَاجِرِيْنَ وَالْأَنْصَارِ، ثُمَّ عَمَّمَ الشَّارِحُ أَوْقَاتِ الصَّلَاةِ
وَالسَّلَامِ عَلَى مَنْ ذُكِرَ بِقَوْلِهِ: (مُدَّةَ ذِكْرِ الذَّاكِرِيْنَ
وَسَهْوِ الْغَافِلِيْنَ) أَيْ مِنْ أَوَّلِ الدُّنْيَا إِلَى آخِرِهَا، إِذْ لَا
يَخْلُوْ وَقْتٌ عَنْ وُجُوْدِ ذِكْرٍ وَغَفْلَةٍ.
(Dan -Shalawat dan salam semoga juga tercurahkan- atas
keluarganya), dikatakan: bahwa mereka –keluarga nabi- adalah seluruh umat yang
menerima (ajaran Islam), dan dikatakan: –keluarga nabi- adalah mereka yang
memiliki hubungan kekerabatan dengan beliau Saw, yaitu anak-anak Fatimah dan
keturunan mereka. (Dan atas sahabat-sahabatnya) yaitu para sahabat Muhajirin
dan Anshar.
Kemudian Syarih menggeneralisasi waktu-waktu shalawat dan
salam kepada orang-orang yang telah disebutkan, dengan perkataannya: (selama
orang-orang yang berdzikir berdzikir dan orang-orang yang lalai lalai) yaitu
dari awal dunia hingga akhir dunia, karena di dunia tidak ada waktu yang kosong
dari adanya dzikir dan kelalaian.
[1] Bukan makna
sebenarnya. Melainkan kerendahan hati dari penulis, Syaikh Muhammad Nawawi bin
Umar al-Bantani. Begitu juga kata “al-Faqir”, dst…
[2]
Rumusnya adalah أبجد هوز حطي كلمن سعفص قرشت ثخذ ضظغ, dengan penjelasan berikut:
Alif (أ)=1, Ba’ (ب)=2, Jim (ج)=3, Dal (د)=4, Ha’ (ه)=5, Waw (و)=6, Za’ (ز)=7, Ha’ (ح)= 8, Tha’ (ط)=9, Ya’ (ي)=10, Kaf (ك)=20, Lam (ل)=30, Mim (م)=40, Nun (ن)=50, Sin (س)=60, ‘Ain (ع)=70, Fa’ (ف)=80, Shad (ص)=90, Qaf (ق)=100, Ra’ (ر)=200, Syin (ش)=300, Ta’ (ت)=400, Tsa’ (ث)=500, Kha’ (خ)=600, Dzal (ذ)=700, Dhad (ض)=800, Zha’ (ظ)=900, Ghain (غ)=1000.
Huruf mim ميم (Mim 40 + Ya’ 10 + Mim 40) =90.
Huruf
Ha’ حاء (Ha’ 8 +
Alif 1 + Hamzah 1) =10. Atau dengan menganggap Huruf Ha’ حا (Ha’ 8 +
Alif 1) =9.
Huruf
dal دال (Dal 4 + Alif
1 + Lam 30) =35.
Maka
kata مُحَمَّد,
dengan rincian huruf ميم, حاء/حا, ميم,
ميم, دال,
(90+10 (atau 9) +90+90+35) totalnya
adalah 315 atau 314.
Posting Komentar untuk "1# Terjemah Qut al-Habib al-Gharib - Tausyih ‘ala Fath al-Qarib al-Mujib Karya Imam Nawawi al-Bantani قوت الحبيب الغريب توشيح على فتح القريب المجيب شرح غاية التقريب لمحمد نووي بن عمر الجاوي البنتني"