Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

2# Terjemah Qut al-Habib al-Gharib - Tausyih ‘ala Fath al-Qarib al-Mujib Karya Imam Nawawi al-Bantani قوت الحبيب الغريب توشيح على فتح القريب المجيب شرح غاية التقريب لمحمد نووي بن عمر الجاوي البنتني

 قوت الحبيب الغريب توشيح على فتح القريب المجيب شرح غاية التقريب لمحمد نووي بن عمر الجاوي البنتني

 Fath al-Qarib al-Mujib:

وبعد: هذا كتابٌ في غاية الاختصار والتهذيب، وَضَعْتُهُ على الكتاب المسمى بـ (التقريب) لِيَنْتَفِعَ بِهِ الْمُحْتَاجُ مِنَ الْمُبْتَدِئِيْنَ لِفُرُوْعِ الشَّرِيْعَةِ وَالدِّيْنِ، وَلِيَكُوْنَ وَسِيْلَةً لِنَجَاتِيْ يَوْمَ الدِّيْنِ، وَنَفْعًا لِعِبَادِهِ الْمُسْلِمِيْنَ. إِنَّهُ سَمِيْعٌ دُعَاءَ عِبَادِهِ، وَقَرِيْبٌ مُجِيْبٌ، وَمَنْ قَصَدَهُ لَا يَخِيْبُ. (وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ...) سورة البقرة:186.

Dan setelahnya (Bismillah, Alhamdulillah, Shalawat): Ini adalah sebuah kitab yang sangat ringkas dan disederhanakan, saya menyusunnya berdasarkan kitab yang bernama (at-Taqrib) agar dapat dimanfaatkan oleh mereka yang membutuhkan dari kalangan pemula dalam mempelajari cabang-cabang syariat dan agama, serta agar menjadi sarana keselamatan saya di hari kiamat, dan bermanfaat bagi hamba-hamba-Nya yang Muslim. Sesungguhnya Dia (Allah) Maha Mendengar doa hamba-hamba-Nya, Maha Dekat, dan Maha Mengabulkan. Barangsiapa yang berharap kepada-Nya, tidak akan kecewa. “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku (Allah), maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat...) QS. Al-Baqarah: 186.

وَاعْلَمْ أَنَّهُ يُوْجَدُ فِيْ بَعْضِ نُسَخِ هَذَا الْكِتَابِ فِيْ غَيْرِ خُطْبَتِهِ تَسْمِيَتُهُ تَارَةً بِالتَّقْرِيْبِ، وَتَارَةً بِغَايَةِ الِاخْتِصَارِ، فَلِذَلِكَ سَمَّيْتُهُ بِاسْمَيْنِ أَحَدُهُمَا: "فَتْحُ الْقَرِيْبِ الْمُجِيْبِ فِيْ شَرْحِ أَلْفَاظِ التَّقْرِيْبِ"، وَالثَّانِيْ: "الْقَوْلُ الْمُخْتَارُ فِيْ شَرْحِ غَايَةِ الِاخْتِصَارِ".

Ketahuilah bahwa terdapat dalam beberapa salinan kitab ini, selain pada bagian pembukaannya, penyebutannya terkadang dengan “at-Taqrib” dan terkadang dengan “Ghayah al-Ikhtisar”. Oleh karena itu, saya menamainya dengan dua nama, yang pertama: “Fath al-Qarib al-Mujib fi Syarh Alfazh al-Taqrib” (Pembukaan dari Yang Maha Dekat lagi Maha Mengabulkan dalam Penjelasan Kata-kata Kitab al-Taqrib), dan yang kedua: “Al-Qaul al-Mukhtar fi Syarh Ghayah al-Ikhtisar" (Pendapat Pilihan dalam Penjelasan Kitab Ghayah al-Ikhtisar).

 قَالَ الشَّيْخُ الْإِمَامُ أَبُوْ الطَّيِّبِ، وَيُشْتَهَرُ أَيْضًا بِأَبِيْ شُجَاعٍ، شِهَابُ الْمِلَّةِ وَالدِّيْنِ أَحْمَدُ بْنُ الْحُسَيْنِ بْنِ أَحْمَدَ الْأَصْفَهَانِيْ سَقَى اللهُ ثَرَاهُ صَبِيْبَ الرَّحْمَةِ وَالرِّضْوَانِ، وَأَسْكَنَهُ أَعْلَى فَرَادِيْسِ الْجِنَانِ: .....

Syaikh Imam Abu ath-Thayyib, yang juga dikenal dengan Abu Syuja’, Syihab al-Millah wa al-Din (Pelita Agama) Ahmad bin al-Husain bin Ahmad al-Ashfahaniy, -semoga Allah menyirami kuburnya dengan curahan rahmat dan ridha, serta menempatkannya di surga tertinggi Firdaus-, berkata: >>>> Bersambung.

Qut al-Habib al-Gharib - Tausyih ‘Ala Fath al-Qarib al-Mujib:

(وَبَعْدُ هَذَا كِتَابٌ) أَيْ شَرْحٌ (فِي غَايَةِ الِاخْتِصَارِ) أَيْ قِلَّةِ الْأَلْفَاظِ (وَالتَّهْذِيبِ) أَيِ التَّنْقِيَةِ مِنَ الزِّيَادَاتِ (وَضَعْتُهُ) أَيْ رَكَّبْتُ هَذَا الشَّرْحَ (عَلَى الْكِتَابِ) أَيِ الْمَتْنِ (الْمُسَمَّى بِالتَّقْرِيبِ) أَيْ وَبِالْغَايَةِ أَيْضًا (لِيَنْتَفِعَ بِهِ) أَيِ الشَّرْحِ (الْمُحْتَاجُ مِنَ الْمُبْتَدِئِينَ لِفُرُوعِ الشَّرِيعَةِ وَالدِّينِ) بِالتَّعَلُّمِ وَالتَّعْلِيمِ، فَالشَّرِيعَةُ مَا شَرَعَهُ اللَّهُ تَعَالَى مِنَ الْأَحْكَامِ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّهِ، وَهُوَ الدِّينُ وَسُمِّيَتْ بِهِ لِأَنَّنَا نَمْتَثِلُهَا، وَهُوَ مِنْ عَطْفِ الْمُرَادِفِ

(Setelah -membaca Bismillah Alhamdulillah dan Shalawat-, ini adalah sebuah kitab) yaitu penjelasan (yang sangat ringkas) sedikit kata (dan jelas) yaitu terhindar dari tambahan yang tidak perlu (yang telah saya susun) aku menyusun kitab syarah ini (berdasarkan kitab) matan teks (yang dikenal dengan nama al-Taqrib) dan juga dengan nama al-Ghayah. -Tujuannya adalah (agar kitab ini dapat bermanfaat) bagi (para pemula yang membutuhkan pemahaman tentang cabang-cabang syariat dan agama), baik dalam pembelajaran maupun pengajaran. Syariat adalah hukum-hukum yang ditetapkan oleh Allah SWT melalui lisan Nabi-Nya Saw, dan itu adalah agama. Disebut syariat karena kita mematuhinya. Istilah ‘syariat’ dan ‘agama (al-din)’ di sini digunakan sebagai athaf sinonim.

(وَلِيَكُونَ) أَيِ الشَّرْحُ (وَسِيلَةً لِنَجَاتِي يَوْمَ الدِّينِ) أَيِ الْجَزَاءِ (وَنَفْعًا لِعِبَادِهِ الْمُسْلِمِينَ) بِالْوَقْفِ أَوْ بِالْهِبَةِ أَوْ غَيْرِ ذَلِكَ (إِنَّهُ سَمِيعٌ دُعَاءَ عِبَادِه)ِ سَمَاعَ قَبُولٍ (وَقَرِيبٌ) مِنْهُمْ قُرْبًا مَعْنَوِيًّا (مُجِيبٌ) لِدُعَائِهِمْ (وَمَنْ قَصَدَهُ) فِي حَوَائِجِهِ تَحْصِيلًا لِمَا يَنْفَعُ أَوْ دَفْعًا لِمَا يَضُرُّ (لَا يَخِيبُ) أَيْ يَنَالُ مَا طَلَبَ. ثُمَّ اسْتَدَلَّ الْمُؤَلِّفُ عَلَى السَّمْعِ وَالْقُرْبِ بِقَوْلِهِ (وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ) أَيْ مِنْ عِبَادِي أَسْمَعُ دُعَاءَهُمْ سِرًّا.

(dan –semoga- kitab ini) yaitu syarh ini (menjadi sarana keselamatan saya di hari kiamat) yakni hari pembalasan (dan bermanfaat bagi hamba-hamba Allah yang muslim), baik melalui wakaf, hibah, atau cara lainnya. (Sesungguhnya Allah Maha Mendengar doa hamba-Nya) mendengar dengan menerima doanya, (Maha Dekat) secara spiritual kepada mereka, dan (Maha Mengabulkan) doa-doa mereka. (Siapa pun yang mencari-Nya/berharap kepada-Nya) dalam kebutuhannya, baik untuk mendapatkan manfaat atau menghindari bahaya, (tidak akan kecewa) maksudnya akan mendapatkan apa yang diminta.

Kemudian, penulis memberikan dalil tentang sifat Allah yang Maha Mendengar dan Maha Dekat dengan mengutip ayat Al-Qur’an: (… Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat) dekat dengan hamba-hamba-Ku, Aku mendengar doa-doa mereka secara rahasia.

(وَاعْلَمْ أَنَّهُ يُوجَدُ فِي بَعْضِ نُسَخِ هَذَا الْكِتَابِ) أَيِ الْمَتْنِ (فِي غَيْرِ خُطْبَتِهِ تَسْمِيَتُهُ تَارَةً بِالتَّقْرِيبِ، وَتَارَةً بِغَايَةِ الِاخْتِصَارِ) وَقَوْلُ الشَّارِحِ تَسْمِيَتُهُ نَائِبُ الْفَاعِلِ (فَلِذَلِكَ سَمَّيْتُهُ) أَيْ هَذَا الشَّرْحَ (بِاسْمَيْنِ أَحَدُهُمَا فَتْحُ الْقَرِيبِ الْمُجِيبِ فِي شَرْحِ أَلْفَاظِ التَّقْرُبِ، وَالثَّانِي الْقَوْلُ الْمُخْتَارُ) أَيْ لِلْعُلَمَاءِ الْأَخْيَارِ (فِي شَرْحِ غَايَةِ الِاخْتِصَارِ)

(Ketahuilah bahwa terdapat beberapa salinan dari teks asli buku ini) matan ini (selain dari bagian pengantarnya yang memiliki judul berbeda, terkadang buku ini disebut “al-Taqrib”, dan di lain waktu disebut “Ghayah al-Ikhtisar”). Kata-kata Syarih ‘تَسْمِيَتُهُ’ sebagai ‘naib fa’il’ (pengganti subjek), (oleh karena itu ia menamai kitab ini) syarah ini (dengan dua nama: yang pertama adalah Fath al-Qarib al-Mujib fi Syarh Alfazh al-Taqrib -Pembukaan dari Yang Maha dekat dan Maha Mengabulkan dalam Penjelasan Kosakata kitab al-Taqrib-, dan yang kedua adalah al-Qaul al-Mukhtar) yaitu pendapat para ulama terbaik (fi Syarh Ghayah al-Ikhtisar) -Pendapat Pilihan dalam Penjelasan Ghayatul Ikhtisar-.

ثُمَّ أَبَانَ الْمُؤَلِّفُ لِلْمُصَنِّفِ بِقَوْلِهِ (قَالَ الشَّيْخُ الْإِمَامُ أَبُو الطَّيِّبِ وَيُشْتَهِرُ) أَيْ أَبُو الطَّيِّبِ (أَيْضًا بِأَبِي شُجَاعٍ شِهَابُ الْمِلَّةِ وَالدِّينِ) أَيْ كَشُعْلَةِ نَارٍ سَاطِعَةٍ فِي الْإِضَاءَةِ لِأَهْلِ الْإِسْلَامِ، وَعَطْفُ الدِّينِ مِنْ عَطْفِ الْمُرَادِفِ

Kemudian, penulis menjelaskan tentang pengarang kitab matan (teks asli) dengan mengatakan, (berkata Syeikh Imam Abu al-Thayyib, yang dikenal) Abu Thayyib tersebut (juga sebagai Abu Syuja’, Syihab al-Millah wa ad-Din -Bintang Penerang Agama-) seperti api yang menyala terang menerangi umat Islam. Kata al-Din di sini sebagai athaf sinonim dari al-Millah.

(أَحْمَدُ بْنُ الْحُسَيْنِ بْنِ أَحْمَدَ الْأَصْفَهَانِي) بِفَتْحِ الْهَمْزَةِ وَكَسْرِهَا مَعَ الْفَاءِ أَوِ الْبَاءِ، وُلِدَ سَنَةَ ثَلَاثٍ وَثَلَاثِينَ وَأَرْبَعِمِائَةٍ، وَكَانَ قَاضِيًا بِمَدِينَةِ أَصْبَهَانَ، وَتَوَلَّى الْوِزَارَةَ سَنَةَ سَبْعٍ وَأَرْبَعِينَ، فَنَشَرَ الْعَدْلَ وَالدِّينَ، وَلَا يَخْرُجُ مِنْ بَيْتِهِ حَتَّى يُصَلِّيَ وَيَقْرَأَ الْقُرْآنَ مَا أَمْكَنَهُ، وَلَا تَأْخُذُهُ فِي الْحَقِّ لَوْمَةُ لَائِمٍ وَكَانَ لَهُ عَشَرَةُ أَنْفَارٍ يُفَرِّقُونَ عَلَى النَّاسِ الزَّكَوَاتِ وَيُعْطُونَهُمُ الْهِبَاتِ يُصَرِّفُ عَلَى يَدِ الْوَاحِدِ مِنْهُمْ مِائَةً وَعِشْرِيْنَ أَلْفَ دِينَارٍ فعمّ إِنْعَامهُ الصَّالِحِينَ وَالْأَخْيَارَ، ثُمَّ زَهِدَ فِي الدُّنْيَا، وَأَقَامَ بِالْمَدِينَةِ الْمُنَوَّرَةِ يَقمّ الْمَسْجِدَ الشَّرِيفَ، وَيُفْرِشُ الْحُصْرَ، وَيُشْعِلُ الْمَصَابِيحَ، وَيَخْدُمُ الْحُجْرَةَ الشَّرِيفَةَ إِلَى أَنْ مَاتَ وَدُفِنَ بِمَسْجِدِهِ الَّذِي بَنَاهُ عِنْدَ بَابِ جِبْرِيلَ وَرَأْسُهُ قَرِيبٌ مِنَ الْحُجْرَةِ النَّبَوِيَّةِ، لَيْسَ بَيْنَهُمَا إِلَّا خُطُوَاتٌ يَسِيرَةٌ، وَعَاشَ الْقَاضِي أَبُو شُجَاعٍ مِائَةً وَسِتِّينَ سَنَةً وَلَمْ يَخْتَلْ عُضْوٌ مِنْ أَعْضَائِهِ فَقِيلَ لَهُ فِي ذَلِكَ فَقَالَ: مَا عَصَيْتُ اللَّهَ بِعُضْوٍ مِنْهَا فَلَمَّا حَفِظْتُهَا فِي الصِّغَرِ عَنْ مَعَاصِي اللَّهِ حَفِظَهَا اللَّهُ فِي الْكِبَرِ

Nama lengkap beliau adalah (Ahmad bin al-Husain bin Ahmad al-Ashfahani) dengan fathah atau kasrah hamzah, baik menggunakan huruf fa’ ataupun ba’ -Ashbihan/Ashfihan/Ishfihan/Ishbihan-. Ia lahir pada tahun 433 H dan menjabat sebagai hakim di kota Ashfahan. Pada tahun 447 H, ia diangkat menjadi wazir (menteri) dan menyebarkan keadilan serta ajaran agama. Ia tidak pernah meninggalkan rumahnya sebelum shalat dan membaca Al-Qur’an semampunya. Dalam menegakkan kebenaran, ia tidak takut akan celaan orang lain. Ia memiliki 10 (sepuluh) orang yang bertugas membagikan zakat dan memberikan hadiah kepada masyarakat. Setiap orang dari mereka mengelola 120.000 (seratus dua puluh ribu) dinar, sehingga kebaikannya tersebar luas di kalangan orang-orang saleh dan baik. Kemudian, ia meninggalkan kehidupan duniawi (zuhud) dan menetap di Madinah al-Munawwarah, di mana ia merawat Masjid Nabawi, menggelar tikar, menyalakan lampu, dan melayani Hujrah (kamar) Nabi Muhammad hingga wafatnya. Ia dimakamkan di masjid yang ia bangun di dekat Pintu Jibril (salah satu pintu di masjid al-haram), dan makamnya berdekatan dengan Hujrah (kamar) Nabi Muhammad Saw, hanya beberapa langkah saja. Hakim Abu Syuja’ hidup selama 160 tahun dan tidak ada satu pun anggota tubuhnya yang cacat. Ketika ditanya tentang hal tersebut, ia menjawab: “Aku tidak pernah mendurhakai –bermaksiat- kepada Allah dengan salah satu anggota tubuhku. Karena aku menjaganya dari perbuatan maksiat sejak kecil, Allah menjaganya di usia tua”.

(سَقَى اللَّهُ ثَرَاهُ) أَيْ أَحْمَدَ بْنَ الْحُسَيْنِ (صَبِيبَ الرَّحْمَةِ وَالرِّضْوَانِ) أَيْ أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَيْهِ رَحْمَتَهُ وَرِضْوَانَهُ كَثِيرًا حَتَّى يَعُمَّ جَسَدَهُ، وَيَفِيضَ عَنْهُ إِلَى التُّرَابِ الَّذِي تَحْتَهُ، وَقَوْلُ الْمُؤَلِّفِ صَبِيبَ مَفْعُولٌ مُطْلَقٌ (وَأَسْكَنَهُ أَعْلَى فَرَادِيسِ الْجِنَانِ) أَيْ أَعْلَى دَرَجَاتِ الْجِنَانِ بِالنِّسْبَةِ لِأَقْرَانِ الْمُصَنِّفِ فَهُوَ أَعْلَى نِسْبِيٌّ لَا مُطْلَقٌ، لِأَنَّ الْأَعْلَى الْمُطْلَقَ لَا يَكُونُ إِلَّا لَهُ ص.م، وَلَيْسَ فِي الْجِنَانِ إِلَّا فِرْدَوْسٌ وَاحِدٌ.

(Semoga Allah menyirami tanahnya/makamnya) yaitu Ahmad bin al-Husain (dengan curahan rahmat dan ridha-Nya) yaitu Allah menurunkan rahmat dan ridha-Nya yang melimpah kepadanya sehingga membasahi seluruh tubuhnya, dan melimpah ke tanah di bawahnya, dan ucapan penulis صَبِيبَ ‘curahan’ adalah maf’ul mutlaq (dan menempatkannya di surga tertinggi) yaitu derajat tertinggi di surga dibandingkan dengan teman-teman sejawatnya. Ini adalah derajat tertinggi secara relatif, bukan mutlak, karena yang tertinggi secara mutlak hanya milik Nabi Muhammad SAW, dan di surga hanya ada satu Firdaus.

Posting Komentar untuk "2# Terjemah Qut al-Habib al-Gharib - Tausyih ‘ala Fath al-Qarib al-Mujib Karya Imam Nawawi al-Bantani قوت الحبيب الغريب توشيح على فتح القريب المجيب شرح غاية التقريب لمحمد نووي بن عمر الجاوي البنتني"